Sabtu, 08 Desember 2012

OPTIMISME DI TENGAH TRAGEDI : ANALISIS LOGOTERAPI

OPTIMISME DI TENGAH TRAGEDI : ANALISIS LOGOTERAPI

Oleh : Gian Sugiana Sugara

Victor Emile Frankl yang merupakan seorang psikiatri yang harus mengalami secara langsung pengalaman-pengalaman yang menyakitkan dan menyiksa dia di Kamp Konsentarasi. Pemikiran-pemikirannya berubah setelah dia mengalami sendiri bagaimana cara untuk bertahan hidup di dalam kondisi yang menderita dan dia menulis tulisan yang berjudul “Dari Kamp Konsentrasi menuju paham Eksistensialisme”. Frankl menjelaskan bahwa tulisannya yang pertama tentang cerita bagaimana saya mencoba untuk bertahan hidup di dalam kondisi yang menderitakan mendapatkan perhatian yang sangat besar oleh pembaca.
            Frankl merupakan penemu dan pencipta dari Logoterapi yakni psikoterapi yang memusatkan upayanya pada pencarian makna hidup. Logoterapi berasal dari dua kata yakni logos berasal dari bahasa yunani yang berarti “makna”/ Logoterapi memusatkan perhatiannya pada makna hidup dan pada upaya manusia untuk mencari makna hidup tersebut. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Itulah sebabnya Frankl menyebutnya sebagai keinginan untuk mencari makna hidup yang sangat berbeda dengan keinginan mencari kesenangan (pleasure principle) dari Psikoanalisis, dan berbeda juga dengan keinginan untuk mencapai superioritas (will to power) dasar dari aliran psikologi Adler yang memusatkan perhatian pada perjuangan untuk mencapai keunggulan.
            Frankl menjelaskan bahwa manusia bertahan dalam hidupnya bukan hanya karena mekanisme psikis semata akan tetapi keinginannya untuk mencari makna hidup. Keinginan manusia untuk mencari makna hidup bisa saja dihambat, dalam logoterapi kondisi ini dinamakan dengan kondisi “Frustrasi Eksistensial”. Frankl menjelaskan frustasi eksistensial bisa memicu neurosis. Logoterapi memiliki istilah khusus untuk menami penyakit neurosisi yang disebabkan oleh frustrasi esksistensial yaitu “noogenic neuroses” untuk membedakannya dari neurosis yang dikenal selama ini, yaitu psychogenic neuroses (neuroses psikogenik). Neurosis noogenik tidak diakibatkan oleh dimensi kehidupan manusia yang bersipat psikologis, melainkan dimensi “noologis” (dari kata Yunani “noos” yang berarti pikiran) dalam eksistensi atau keberadaan manusia. Kehampaan eksistensial adalah ketika seseorang kehilangan makna hidup yang seharusnya. Orang yang mengalami kehampaan eksistensial akan mengarahkan dia pada fenomena depresi bahkan bisa mengalami neurosis.
Makna hidup adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk memberikan yang terbaik dalam hidup. Makna hidup bersipat khusus dan unik artinya makna hidup setiap orang tidak sama dengan makna hidup orang lain. Logoterapi mengajarkan ada tiga cara seseorang yang bisa ditempuh manusia untuk menemukan makna hidup yaitu : (1) melalui pekerjaan atau perbuatan; (2) dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang; dan (3) melalui cara kita menyikapi penderitaan yang tidak bisa dihindari. Cara pertama adalah melalui keberhasilan atau kesuksesan dalam pekerjaan. Cara kedua untuk meraih makna hidup bisa ditempuh dengan mengalami sesuatu misalnya melalui kebaikan, kebenaran dan keindahan dengan menikmati alam dan budaya atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya dengan mencintainya. Seseorang yang telah memiliki makna hidup akan memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi setiap hambatan hidup Frankl berpendapat banyaknya tantangan dan kebutuhan tidak akan mudah membuat goyah orang yang telah memiliki makna hidup (meaning of life) akan tetapi akan hidup secara bebas berkehendak dan mengantarkan manusia pada kehidupan yang bermakna (meaningful of life).


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Free Samples By Mail